Welcome Message

twitter

Follow on Tweets

paspor biometrik

Posted in




    • Paspor biometrik atau sering disebut juga e-paspor adalah jenis paspor yang memiliki data biometrik sebagai salah satu unsur pengaman paspor tersebut. Data biometrik ini disimpan dalam bentuk chip yang tertanam pada paspor tersebut. Paspor jenis ini telah digunakan di beberapa negara, antar lain Malaysia, Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jepang, Selandia Baru, Swedia, dan negara-negara lainnya. Data biometrik yang tersimpan pada chip ini bervariasi antar negara, namun berdasarkan standarisasi yang dikeluarkan oleh ICAO, data biometrik yang digunakan ialah data biometrik dari wajah pemegang paspor.

      Berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh International Civil Aviation Organisation, data biometrik yang dianjurkan untuk digunakan adalah biometrik wajah pemegang paspor dengan biometrik sidik jari sebagai pendukungnya. Namun hingga saat ini standarisasi yang dikeluarkan oleh ICAO ini belum dapat disepakati oleh dunia internasional karena berbagai macam hal.

      Saat ini Indonesia telah menggunakan data biometrik pemohon paspor sebagai salah satu unsur pengaman dalam penerbitan paspor Republik Indonesia.

      Paspor Biometrik
      Lebih Aman, Lebih Mahal




      JAKARTA – “Cheese…..” Kata–kata itu mungkin sering kita dengar, saat kita ingin bergaya di depan kamera foto. Tujuannya jelas, dengan meneriakan kata-kata itu, paling tidak merangsang bibir kita menjadi tersenyum lebar. Foto yang dihasilkan pun menjadi memuaskan.
      Namun, urusan foto dengan senyum lebar ini, ternyata bisa juga menjadi runyam. Apalagi bila foto-foto dengan senyum lebar tersebut sengaja kita tempelkan di dalam paspor bepergian milik kita. Tidak percaya? coba tanya saja Rainer Rinner, seorang penjaga perbatasan di Jerman sana.
      “Pernah, saya harus menolak seseorang masuk ke dalam Jerman hanya karena senyumnya yang terlalu lebar di foto tersebut,” ujar Rinner, dalam situs resmi milik pemerintah Jerman baru-baru ini.
      Mengapa Rinner sampai tega mengusir orang, hanya karena orang itu tersenyum terlalu lebar? “Sebab, peraturan internasional yang baru, mengharuskan orang memiliki foto dengan ekspresi wajah senetral mungkin, dan melihat langsung ke kamera,” ujarnya. Lagipula, menurutnya, ekspresi macam-macam dari sebuah wajah bisa menimbulkan persepsi macam-macam pula.
      Hal ini pula yang kemudian menjadi perhatian pihak internasional.
      Apalagi dengan maraknya aksi terorisme yang mengancam membuat banyak negara kini memutuskan makin memperketat jalur masuk menuju negara mereka. Salah satu caranya dengan mempergunakan teknologi biometrik didalam paspor.
      Negara yang paling terakhir menggunakan teknologi ini adalah Jerman. Setelah Inggris memutuskan penggunaan teknologi ini setahun yang lalu. Biometrik sendiri dikenal sebagai teknologi yang memanfaatkan penampakan biologis sebagai penanda seseorang. Gambar wajah, sidik jari, ukuran telapak tangan, jenis tulisan tangan, bentuk retina mata dan jenis suara merupakan bentuk-bentuk tetap yang dijadikan patokan penggunaan teknologi biometrik.
      Pada paspor yang berteknologi biometrik, segala identifikasi mengenai pemilik paspor akan dikumpulkan secara digital. Kemudian disimpan dalam sebuah chip kecil, yang ditempelkan pada sampul paspor.
      Dengan cara itu, logikanya, kemungkinan pemalsuan wajah yang disesuaikan dengan penampakan pada foto di paspor bisa semakin diperkecil. Sebab itu, berarti kini tak ada lagi foto dan sidik jari yang tertera jelas di paspor milik kita.

      Mahal
      Namun, sesuai dengan hukum ekonomi, segala hal yang berhubungan dengan kemajuan teknologi saat ini tidak bisa terlepas dari harga yang membumbung tinggi. Paspor dengan teknologi biometrik memang disinyalir bisa meminimalkan jumlah penipu dan penyelundup yang memasuki sebuah negara. Namun, jelas, dengan adanya teknologi baru ini, biaya pembuatannya akan bertambah pula.
      Biaya pembuatannya diperkirakan dua kali lebih mahal dari harga pembuatan paspor sebelumnya. Ini seperti ucapan Menteri Urusan Dalam Negeri Selandia Baru, Rick Barker baru-baru ini. Menurut Barker, harga pemakaian teknologi ini memang mengakibatkan harga pembuatan paspor naik. “Seperti harga paspor untuk dewasa, yang semula hanya $71, naik menjadi $150. Sementara itu, harga paspor anak yang semula $30 menjadi $80,” urainya dalam keterangan pers, yang dikutip oleh Associated Pers, 3 November lalu.


      Paspor Biometrik Tetap Mudah Dipalsukan




      JAKARTA - Paspor biometrik atau populer dengan sebutan e-Paspor kini diadopsi berbagai negara demi menjaga kemungkinan pemalsuan. Jangan salah, paspor dengan teknologi canggih ini tetap berisiko dipalsukan. Proses kloning e-Paspor ini bahkan hanya memakan waktu lima menit.
      Teknologi biometrik memang sudah diadopsi di nyaris semua negara dalam pembuatan paspor. Dengan e-Paspor ini, jika kita kehilangan buku berharga itu, dengan mudah dapat dilacak keberadaannya. Konon teknologi ini juga membuat paspor sulit dipalsukan karena dilengkapi chip komputer yang berisi data lengkap pemiliknya. Tapi jangan salah, makin canggih suatu teknologi, makin canggih pula kiat orang untuk mengakalinya.

      Dibeli di eBay
      Adalah Lukas Grunwald dan Christian Bottger asal Inggris yang menyadari bahwa e-Paspor dapat dengan mudah dikloning. Bagaimana caranya? Chip yang ada di dalam e-Paspor merupakan chip Radio Frequency Identification (RFID), yakni serupa dengan chip yang digunakan dalam barkod barang-barang di pasar swalayan. Chip ini memungkinkan pemindaian semua data dengan mesin pemindai di komputer.
      Teknologi yang selintas tampak andal ini justru memiliki kelemahan. Grunwald mampu mengunduh semua data di paspornya menggunakan pemindai RFID yang dibelinya seharga 300 euro melalui eBay. Alat bernama Golden Reader Tool tersebut adalah peranti lunak yang dipakai oleh polisi penjaga perbatasan negara untuk membaca data yang tersimpan dalam e-Paspor, termasuk foto.
      Grunwald kemudian mengembangkan alat yang lebih andal lagi, RFdump. Dengan alat temuannya itu, ia mampu mengunduh semua data di dalam e-Paspor dan memindahkannya ke dalam komputer, lantas dimasukkan ke dalam chip lain. Cukup dengan menggunakan komponen standar yang bisa dibeli di toko komponen, e-Paspor dapat dikloning dalam tempo lima menit saja. Hasil kloningan Lucas tidak bisa dibedakan dengan paspor asli.
      Departemen Dalam Negeri (Depdagri) Inggris belum menyadari betapa mudahnya orang mampu mengakses informasi yang tersimpan di dalam chip. “Kami lihat masih cukup sulit orang mengakses informasi di dalam chip. Selain itu, informasi yang tersimpan sama saja dengan yang tertera di halaman data pribadi. Berarti dengan menggandakan data di chip ini bukan berarti siapa saja dapat menggunakannya secara ilegal,” ungkap juru bicara Depdagri Inggris seperti yang dikutip BBC News, baru-baru ini.

      Jejaring Pakar
      Paspor biometrik Inggris didesain sedemikian rupa sehingga sulit digandakan secara virtual. Menurut Grunwald dari perusahaan konsultan DN-Systems, pemilik e-Paspor tetap harus waspada untuk tidak sembarangan menyerahkan paspornya kepada siapa saja. “Hampir semua negara mengatakan bahwa paspor jenis ini sangat aman. Sangat sedikit yang memperingatkan warganya bahwa teknologi biometrik tetap berpotensi dipalsukan atau dicuri datanya,” demikian Grunwald.
      Rekannya, Christian Böttger menekankan bahwa ada banyak kecacatan teknik di dalam sistem ini dan itu terlupakan begitu saja. Semestinya teknologi ini membutuhkan level keamanan yang lebih tinggi, sayangnya justru itu tidak diberlakukan.
      Uni Eropa telah membentuk jejaring pakar keamanan Teknologi Informasi (TI) demi menjaga validitas e-Paspor. Para pakar yang tergabung dalam Future of Identity in the Information Society (FIDIS) mengatakan bahwa pemerintah negara-negara Eropa telah menerbitkan dokumen peringatan bagi warganya agar meingkatkan kewaspadaan dengan kian merebaknya kasus pencurian identitas.
      Chip RFID memang dapat dipindai dari jarak agak jauh dan dilacak tanpa disadari oleh pemiliknya. Ini sama saja dengan menuliskan nomor PIN ke bagian belakang kartu pembayaran. Yang paling penting saat ini adalah setiap instansi pembuat paspor tidak memasukkan data-data dan informasi detail pemilik paspor ke dalam chip tersebut.


Comments (0)

Posting Komentar